Senin, 13 Oktober 2014

Cara Membuat Kompos Sederhana





Salah satu bentuk kepedulian sederhana  terhadap lingkungan sekolah kita adalah dengan mengelola sampah organik sekolah menjadi kompos. Kompos dan pupuk kandang merupakan salah satu pupuk alami yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah. Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sampah organik. Cara pembuatannya pun tidak terlalu rumit, murah, serta tidak perlu banyak peralatan atau tempat luas.

Dengan membuat kompos sendiri ternyata dapat mengurangi masalah pembuangan sampah dan dapat digunakan sendiri tanpa harus membeli. Kompos mempunyai manfaat untuk memperbaiki struktur tanah sehingga zat-zat makanan yang diperlukan tumbuhan semakin tersedia lebih banyak. Selain itu, mikroba yang ada dalam kompos akan membantu penyerapan zat makanan yang dibutuhkan tanaman. 

Sebelum membuat kompos, ada baiknya mengetahui bagaimana kompos bisa terjadi? Sampah organik, pada prinsipnya akan mengalami penguraian oleh berbagai jenis mikroba, binatang yang hidup di tanah, enzim dan jamur secara alamai. Proses penguraian ini memerlukan kondisi tertentu yaitu suhu, udara dan kelembaban yang tepat. Semakin cocok kondisinya, maka semakin cepat pembentukan kompos. Bahkan hanya dalam kurun waktu 4 - 6 minggu sudah jadi. Agak sedikit berbeda dengan penanganan jika sampah organik hanya ditimbun saja. Metode ini membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menjadi kompos. Hal yang paling penting dalam proses pengomposan adalah timbulnya panas karena aktivitas mikroba. Hal ini menandakan bahwa mikroba mengunyah bahan organik dan merubahnya menjadi kompos. Suhu yang optimal untuk proses pengomposan adalah 45-65C. Adapun jika terlalu panas maka perlu dibolak-balik minimal setiap 7 hari.

Berikut ini dijelaskan cara membuat kompos sederhana. Cara membuat ini lebih mengeksplorasi kepada bagaimana membuat kompos bagi mereka yang tidak mempunyai lahan yang luas. 

1. Sediakan drum atau sejenisnya.
2. Lubangi kecil-kecil bagian dasar drum untuk rembesan air dari sampah.
    Untuk menjaga kelembaban bagian atas dapat ditutup dengan karung goni atau anyaman bambu. Bak               pengomposan tidak boleh kena air hujan sehingga sebaiknya harus dibawah atap. Dasar bak pengomposan         dapat berupa tanah atau pasir berkerikil, sehingga kelebihan air dapat merembes ke bawah jangan                     ditempatkan di tempat yang kedap air.
3. Masukkan sampah organik ke dalam wadah (drum) setiap hari. Campur 1 bagian sampah hijau dan 1 bagian       sampah coklat.
4. Tambahkan 1 bagian kompos lama atau lapisan tanah atas (top soil) dan dicampur. Tanah atau kompos ini         diharapkan mengandung banyak mikroba aktif yang bekerja mengolah sampah menjadi kompos. Jika ada           kotoran ternak dari ayam atau sapi dapat pula dicampurkan.
5. Pembuatan bisa dikukan secara sekaligus atau selapis demi selapis misalnya setiap dua hari ditambah sampah    baru. Untuk menghindari terlalu panas maka setiap 7 hari perlu diaduk.
6. Pengomposan dinyatakan sudah selesai jika campuran menjadi kehitaman dan tidak berbau sampah. Pada           minggu ke-1 dan ke-2 mikroba mulai bekerja menguraikan membuat kompos, sehingga suhu menjadi sekitar       40C. Pada minggu ke-5 dan ke-6 suhu kembali normal dan kompos sudah jadi.